IPA Terpadu Kelas 6 | Ciri Pubertas pada Laki-laki

Artikel kali ini akan bercerita tentang
rasa penasaran Guntur tentang ciri pubertas pada laki-laki. Kira-kira
bagaimana ya ceritanya? Yuk, simak di artikel berikut ini. Sebelumnya
bisa baca dulu ya cerita di episode 1 tentang Pengertian Pubertas.
---
Sudah hampir 5 menit Guntur memandangi langit-langit kamarnya. Matanya berkedip tapi pandangannya kosong.
“Guntur….,”
“Guntur….,”
Terdengar suara Mama Guntur memanggil. Tak ada jawaban dari Guntur. Pandangannya masih tetap ke langit-langit itu.
Guntur…,” suara Mama Guntur semakin dekat.
Cleekk…
Mama Guntur membuka pintu kamar Guntur dan menghampiri Guntur.
“Guntur...makan dulu yuk. Sudah mama siapin di meja makan tuh,” ucap Mama Guntur.

Guntur tidak bergeming.
“Guntur..”, suara Mama Guntur kali ini cukup keras disertai tepukan di pundak Guntur membuat lamunan Guntur hilang.
“E...eh...iya, Ma. Ada apa?” tanya Guntur kebingungan.
“Kamu tadi ngga dengar Mama ngomong apa?”
Guntur menggeleng.
“Kamu kenapa Guntur? Apa yang kamu pikirkan? Sampai-sampai Mama menyuruh kamu makan ngga didengerin lho?” tanya Mama Guntur.
“E….e….aku mikirin Roro, Ma”
“Roro? Ya sudah, ayo ceritanya sambil makan ya. Ini sudah waktunya kamu makan siang,” ucap Mama Guntur.
Tak lama mereka keluar kamar dan menuju ke ruang makan.
“Ayo, sekarang sambil makan coba ceritain apa yang kamu lamunin tadi. Katanya ada kaitannya sama Roro ya?”
Guntur mengangguk sambil mengunyah makanan
“Jadi tuh Ma, Roro itu beberapa hari ini sering banget ngambek,” ucap Guntur.

“Ngambeknya kenapa? Mungkin kamu punya salah kali sama Roro,” tanya Mama Guntur.
“Ngga tau Ma. Aku tuh pernah janjian ke
kantin, terus Roro nunggu cuma 5 menit kaaan, nah pas Guntur nyamperin,
Roro tuh ngambek-ngambek ngga jelas. Alasannya Roro udah nunggu lama
banget,” jelas Guntur.
Mama Guntur mendengarkan cerita anaknya dengan seksama sembari menyantap makanannya.
“Terus, es teh yang Guntur beli katanya
ngga manis gara-gara kebanyakan es. Padahal mah perasaan Guntur es-nya
ngga kebanyakan kok,” keluh Guntur.
Mama Guntur tersenyum dan berkata, “Roro
lagi pubertas itu. Seusia kamu dan Roro itu memang lagi masa-masanya
pubertas gitu. Hmm...mama lihat ciri-ciri pubertas juga udah ada di kamu
lho,” ujar Mama Guntur sambil tersenyum.

“Tapi Guntur ngga gampang ngambek kok, Ma.”
“Iya. Ciri pubertas laki-laki dan perempuan kan ngga sama.”
“Terus yang Mama lihat di diri aku ini apa yang menandakan aku mengalami masa pubertas?” tanya Guntur sambil memegang wajahnya.
“Itu...wajah kamu mulai berjerawat dan
suara kamu juga mulai besar serta berat. Ngga cempreng kayak anak-anak
lagi,” ucap Mama Guntur sambil tersenyum.
Guntur masih tidak percaya jika ia juga mengalami pubertas, sama seperti Roro.
“Tapi Ma, kenapa aku ngga gampang ngambek seperti Roro?” tanya Guntur heran.
“Ciri pubertas pada laki-laki dan
perempuan beda, Guntur. Biasanya, perempuan itu menjadi labil
perasaannya. Nah, kalau laki-laki biasanya yang paling kelihatan itu
perubahan suara, timbulnya jerawat, dan munculnya bulu di ketiak,” jelas
Mama Guntur.

“Ooo...jadi tumbuh bulu di ketiak itu salah satu ciri pubertas ya Ma?” tanya Guntur
Mama Guntur mengangguk..
“Oh iya, Ma, apa aku perlu minta maaf ke Roro ya?” tanya Guntur.
“Sebaiknya iya. Sekarang kan Roro sudah
pulang ke rumah kan? Mungkin aja emosinya sudah stabil. Kamu lebih baik
ke rumahnya deh, sekalian Mama titip buah-buahan untuk Ibunya Roro ya,”
tak lama Mama Guntur beranjak dari tempat duduknya dan mempersiapkan
keranjang yang sudah diisi buah-buahan.
Guntur sudah selesai makan siang dan
sekarang bersiap untuk ke rumah Roro. Apa benar emosi Roro sudah kembali
normal? Yakin sudah ngga ngambek lagi? Penasaran kan? Tunggu di cerita
selanjutnya ya
0 Comments
Post a Comment